Cegah Insomnia dan Stres pada Wanita Pascamenopause
Insomnia dan Stres Pada Lansia
Insomnia atau gangguan tidur pada lanjut usia adalah suatu proses normal yang terkait dengan proses penuaan. Gangguan tidur telah dikaitkan dengan hasil yang merugikan dalam hal morbiditas dan mortalitas pada kelompok lansia. Insomnia adalah kesulitan memulai atau mempertahankan tidur. Gangguan ini merupakan keluhan yang paling sering ditemui dan sifatnya sementara (akut) maupun jangka panjang (kronis). Berdasarkan temuan dari National Sleep Foundation (2017), sebagian besar orang berusia 65 tahun ke atas di Amerika, khususnya 67% dari 1.508 individu, melaporkan mengalami masalah terkait tidur, dan 7,3% orang tua menunjukkan kesulitan dengan memulai dan mempertahankan tidur. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi insomnia yang lebih tinggi di kalangan wanita, terhitung 78,1% dalam kelompok usia 60-74 tahun (Knutson, dkk., 2017).
Faktor resiko yang dapat menyebabkan insomnia pada wanita pascamenopause antara lain yaitu stress, masalah suasana hati, dan hipertensi (Kim, dkk., 2018). Selama transisi pascamenopause, keluhan insomnia pada wanita pascamenopause dikaitkan dengan stres. Gejala stres pada wanita pascamenopause terjadi karena perubahan hormon, yaitu hilangnya folikel ovarium, yang menyebabkan variasi estradiol dan peningkatan Follicle Stimulating Hormone (FSH) (Syalfina dan Kusuma, 2018). Perubahan hormonal yang terjadi pada masa pascamenopause yaitu berkurangnya zat inhibitor yang dihasilkan oleh indung telur menyebabkan peningkatan FSH diikuti peningkatan hormon estrogen dan testosteron (Sievert, dkk., 2018). Perubahan ini mempengaruhi kondisi fisiologis dan psikologis wanita pada masa pascamenopause. Stres yang terjadi pada pascamenopause adalah keadaan yang dipengaruhi perubahan hormon estrogen dan testosteron pada wanita di akhir masa reproduksi disertai faktor lain yang juga menyumbang terjadinya stres. Insomnia menjadi faktor yang mempermudah terjadinya stress, selain pengaruh fisiologis lainnya seperti penuaan, kondisi kesehatan yang buruk, pola tidur yang buruk, kegelisahan, suasana hati yang buruk. Penurunan kualitas tidur yang berlangsung lama memicu berkembangnya penyakit kronis seperti diabetes, arthritis, atau penyakit jantung. Menopause terkait dengan perubahan biopsikososial, misalnya perubahan suasana hati, kecemasan, disfungsi seksual, stres, kelupaan, dan gangguan tidur (Indira dan Kasikrishnaraja, 2018).
Studi: Insomnia dan Stres Berkaitan dengan Atrial Fibrilasi pada Wanita Pasca Menopause
Stres dan kurang tidur dapat berdampak negatif pada semua aspek kesehatan. Penelitian dari American Heart Association (AHA) pada tahun 2023 menemukan bahwa stres dan insomnia berhubungan dengan irama jantung yang tidak teratur pada wanita pascamenopause. Wanita pascamenopause dari Women's Health Initiative dianalisis secara retrospektif untuk mengidentifikasi adanya insiden atrial fibrilasi. Di antara 83.736 wanita yang menjadi responden, dengan usia rata-rata adalah 63,9±7,0 tahun, terdapat 23.954 kasus insiden atrial fibrilasi. Atrial fibrilasi adalah penyakit pada sistem peredaran darah dan rentan terhadap perubahan hormonal yang disebabkan oleh stres dan kurang tidur. Itulah mengapa terdapat hubungan antara stres dan insomnia dengan atrial fibrilasi (Zhao, dkk., 2023).
Cara Mencegah Insomnia dan Stres
Pencegahan dan pengobatan insomnia memerlukan kombinasi terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy), obat-obatan, dan perubahan gaya hidup. Di antara praktik gaya hidup, tidur, dan bangun pada waktu yang sama setiap hari dapat menciptakan pola stabil yang dapat membantu mencegah insomnia. Menghindari olahraga yang berat dan menghindari minum minuman berkafein beberapa jam sebelum tidur sangat dianjurkan, serta olahraga pada pagi hari. Langkah lain untuk meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi stres dapat meliputi:
- Mengurangi tidur siang
- Mengobati rasa sakit saat tidur
- Mengurangi makan sebelum tidur
- Mengurangi minuman beralkohol dan nikotin sebelum tidur
- Mengatur posisi tidur dan menemukan cara untuk bersantai sebelum tidur, termasuk mengurangi suara yang mengganggu
- Membuat kamar tidur nyaman seperti mematikan lampu atau membuat kamar tidur sedikit gelap, suhu kamar dingin, bebas dari perangkat seperti jam, ponsel, maupun televisi
(Syalfina dan Kusuma, 2018)
Selain itu lansia harus membuat kontak sosial dan aktivitas fisik secara teratur di siang hari dan lansia harus pula dibantu untuk menghilangkan kecemasannya. Kegiatan membaca sampai mengantuk dan mendengarkan lagu-lagu yang membuat tubuh rileks. Pendekatan secara sistematik terhadap gangguan tidur lebih ditekankan pada pendekatan komprehensif terhadap seluruh kondisi kesehatan fisik dan mentalnya. Stress dapat diatasi dengan cara mengubah cara kita bereaksi pada suatu keadaan. Mengurangi stress dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti olahraga secara teratur, dan melakukan relaksasi (Novianti dan Pepin, 2015).
Artikel direview oleh Apt. Raspati Dewi Mulyaningsih, S.Farm
Referensi
- Indira, M., & Kasikrishnaraja, P. (2018). Patterns of sleep impairments in an epidemiological cohort of postmenopausal women in Perundurai. Journal of Evolution of Medical and Dental Sciences, 7(16), 1955-1962.
- Kim, M. J., Yim, G., & Park, H. Y. (2018). Vasomotor and physical menopausal symptoms are associated with sleep quality. Plos one, 13(2), e0192934.
- Knutson, K. L., Phelan, J., Paskow, M. J., Roach, A., Whiton, K., Langer, G., ... & Hirshkowitz, M. (2017). The National Sleep Foundation's sleep health index. Sleep health, 3(4), 234-240.
- Novianti, I., & Pepin, N. (2015). Hubungan Stres dengan Insomnia pada Lansia di Desa Gambiran Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang. Jurnal Ilmu Keperawatan, 4(3).
- Sievert, L. L., Huicochea-Gómez, L., Cahuich-Campos, D., Ko’omoa-Lange, D. L., & Brown, D. E. (2018). Stress and the menopausal transition in Campeche, Mexico. Women's Midlife Health, 4(1), 1-15.
- Syalfina, A. D., & Kusuma, Y. L. H. (2018). Stress Dan Insomnia Pada Menopause. Medica Majapahit (Jurnal Ilmiah Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit), 10(2).
- Zhao, S. X., Tindle, H. A., Larson, J. C., Woods, N. F., Crawford, M. H., Hoover, V., & Perez, M. V. (2023). Association Between Insomnia, Stress Events, and Other Psychosocial Factors and Incident Atrial Fibrillation in Postmenopausal Women: Insights From the Women's Health Initiative. Journal of the American Heart Association, 12(17), e030030.
ARTIKEL TERKAIT
ARTIKEL POPULER
-
Manfaat Minyak Jarak (Castor Oil) untuk Kulit, Rambut, dan Lainnya
20 Feb 2024 16:28
-
Cara Menurunkan Berat Badan Berbasis Ilmiah
21 Mar 2023 18:25
-
Apa itu Peptida? Apa Saja Manfaat Peptida untuk Tubuh?
20 Feb 2024 16:28
-
Mengenal Antibodi Monoklonal sebagai Targeted Therapy
5 Sep 2023 11:55
Komentar
Belum ada komentar