Gizi Buruk vs Stunting: Kenali Perbedaan dan Cara Mencegahnya

Beberapa orang masih menganggap bahwa stunting dan gizi buruk merupakan dua kondisi yang sama. Meskipun stunting dan gizi buruk merupakan dua permasalahan terkait gizi yang sering terjadi pada anak, nyatanya keduanya berbeda. Apa saja perbedaannya dan bagaimana cara mencegahnya?
Perbedaan Gizi Buruk dan Stunting
Gizi buruk atau malnutrisi adalah kondisi yang terjadi pada saat asupan makan seseorang tidak sesuai dengan nutrisi yang seharusnya diperlukan oleh tubuh.1 Gizi buruk dapat berupa kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan asupan yang disebabkan oleh kurangnya asupan makanan yang bernutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh. Selain itu, gizi buruk dapat disebabkan oleh gangguan penyerapan nutrisi akibat penyakit kronis, seperti diare kronis, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) atau tuberkulosis (TBC) karena penyakit tersebut membuat nafsu makan penderita turun.2 Secara umum, gizi buruk mencakup tiga kelompok kondisi berikut:3
- Kekurangan gizi meliputi wasting (berat badan rendah dibandingkan dengan tinggi badan), stunting (tinggi badan rendah dibandingkan dengan usia), dan underweight (berat badan rendah dibandingkan dengan usia)
- Kelebihan berat badan, obesitas, dan penyakit yang tidak menular berkaitan dengan pola makan
- Ketidakseimbangan mikronutrien, yaitu kekurangan atau kelebihan vitamin dan mineral yang penting untuk tubuh
Beberapa gejala yang terlihat adalah badan anak yang terlalu kurus, perut tampak buncit, wajah yang keriput, kulit kering, serta rambut yang mudah rontok dan tampak kusam.4
Sedangkan stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, atau karena stimulasi psikososial yang tidak memadai. Stunting termasuk ke dalam salah satu permasalahan gizi buruk yang masih menjadi permasalahan secara global.5 Stunting disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam rentang yang cukup waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Gejalanya adalah anak berbadan lebih pendek dan memiliki berat badan yang lebih rendah dibandingkan dengan anak seusianya. Jika tidak diatasi dengan baik, gizi buruk dan stunting dapat menyebabkan dampak buruk bagi anak, baik dampak jangka pendek maupun jangka panjang. Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal anak di masa depan akan terpengaruh. Selain itu, kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko anak terkena penyakit tidak menular (PTM), seperti obesitas, hipertensi, dan diabetes sehingga dapat memengaruhi produktivitas.6 Oleh karena itu, pencegahan terkait gizi buruk dan stunting perlu diketahui dan diimplementasikan dengan baik.
Pencegahan Gizi Buruk dan Stunting
Secara umum, pencegahan gizi buruk dan stunting perlu dilakukan sedini mungkin, mencakup:
1. Upaya Perbaikan Status Gizi Ibu sejak masa Remaja7.
Kesehatan ibu sebelum hamil perlu diperhatikan, yaitu dengan cara menghindari “4T kehamilan”: Terlalu muda (kurang dari 20 tahun), terlalu tua (lebih dari 35 tahun), terlalu dekat jarak antar-kehamilan (kurang dari 3 tahun), dan terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 2). Dilanjutkan dengan penerapan pola hidup sehat, seperti pemenuhan kebutuhan gizi ibu pada saat masa kehamilan dan masa nifas yang perlu diperhatikan.
2. Pemenuhan Kebutuhan Gizi Balita sejak Lahir7.
Secara global, kebijakan yang diberlakukan sebagai pencegahan adalah gerakan pemenuhan gizi anak pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Terdapat “standar emas makanan bayi”, yaitu inisiasi menyusu dini (kurang dari 1 jam setelah lahir), ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan dilanjutkan dengan makanan pendamping ASI (MPASI) yang diberikan pada saat anak berusia 6 bulan.
3. Pemantauan Hambatan Pertumbuhan dan Gizi Kurang8.
Terdapat metode antropometri yang digunakan untuk mengukur ukuran, proporsi, dan komposisi tubuh sehingga dapat menentukan status gizi anak. Pemantauan rutin secara berkala dapat mendeteksi stunting lebih dini dan anak dapat mendapatkan penanganan yang tepat. Standar antropometri anak yang digunakan di Indonesia secara resmi mengacu pada WHO Child Growth Standards dan The WHO Reference 2007. Baca selengkapnya tentang antropometri!
Artikel direview oleh apt. Raspati Dewi Mulyaningsih, M.Farm.
Referensi
- Arifin, H., Fadlilah, S., dan Klankhajhon, S. 2022. Malnutrition: Undernutrition or Overnutrition? Jurnal Keperawatan Padjadjaran. Vol. 10(3): 141-143.
- Wijaya, I., Syamsul, M., dan Enong, F. S. 2023. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gizi Buruk pada Balita. Jurnal Promotif Preventif. Vol. 6(1): 59-65.
- World Health Organization. 2024. Malnutrition. Available online at https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/malnutrition#:~:text=Malnutrition%20refers%20to%20deficiencies%2C%20excesses,low%20weight%2Dfor%2Dage)%3B. [Accessed 27 Januari 2025].
- Kemenkes RI. 2023. Penanganan Gizi Buruk dan Upaya Pencegahannya. Available online at https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2874/penanganan-gizi-. [Accessed 27 Januari 2025].
- Supadmi, S., Laksono, A. D., Kusumawardani, H. D., Ashar, H., Nursafingi, A., Kusrini, I., dan Musoddaq, M. A. 2024. Factors Related to Stunting of Children under Two Years with Working Mothers in Indonesia. Clinical Epidemiology and Global Health. https://doi.org/10.1016/j.cegh.2024.101538.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2024. Laporan Tematik Survei Kesehatan Indonesia Tahun 2023. Jakarta: Kemenkes RI.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita. Jakarta: Kemenkes RI.
- Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak. Jakarta: Menkes RI.
ARTIKEL POPULER
-
Manfaat Minyak Jarak (Castor Oil) untuk Kulit, Rambut, dan Lainnya
20 Feb 2024 16:28
-
Cara Menurunkan Berat Badan Berbasis Ilmiah
21 Mar 2023 18:25
-
Apa itu Peptida? Apa Saja Manfaat Peptida untuk Tubuh?
20 Feb 2024 16:28
-
Mengenal Antibodi Monoklonal sebagai Targeted Therapy
5 Sep 2023 11:55
Komentar
Belum ada komentar