Kesehatan

Mengenal Antropometri: Deteksi Stunting Sejak Dini

Ditulis oleh Ariani Insyirah, S.Farm.
12 Mar 2025 11:21
Thumbnail Mengenal Antropometri: Deteksi Stunting Sejak Dini
Sumber: https://www.freepik.com/free-photo/doctor-measuring-baby-side-view_32338864.htm#fromView=image_search_similar&page=1&position=37&uuid=6a286e8e-1dfb-4087-8247-b6396316dde5&new_detail=true

Stunting dan Ancamannya di Indonesia

Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi yang menjadi fokus dunia. Padahal, gizi merupakan salah satu aspek kunci bagi pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan bagi pembangunan bangsa1. Stunting adalah kondisi perawakan pendek, yaitu saat panjang atau tinggi badan anak tidak sesuai jika dibandingkan dengan usianya. Perbandingan tersebut dapat dilihat berdasarkan kurva pertumbuhan. Selain itu, stunting juga sering dikenal sebagai kondisi gagal pertumbuhan pada anak, baik pertumbuhan tubuh maupun pertumbuhan otak yang disebabkan oleh kekurangan gizi dalam jangka waktu yang relatif lama2. Berdasarkan hasil survei kesehatan indonesia (SKI) tahun 2023, tercatat prevalensi stunting di Indonesia adalah sebesar 21,5%. Artinya, 1 dari 5 balita di Indonesia mengalami stunting dengan kasus terbanyak terjadi pada balita berusia 2 sampai 3 tahun. Meskipun terjadi penurunan prevalensi stunting selama 10 tahun terakhir, tetapi hasil tersebut belum memenuhi target prevalensi stunting berdasarkan RPJMN 2020-2024, yaitu sebesar 14%1.

Stunting memiliki pengaruh jangka pendek dan jangka panjang bagi balita, salah satunya terkait perkembangan kognitif, motorik, dan verbal anak3. Oleh karena itu, stunting perlu diatasi dalam upaya membangun bangsa dan SDM yang berkualitas4. Beberapa pencegahan stunting yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
  1. Pemenuhan kebutuhan gizi anak yang sesuai pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) anak
  2. Pemenuhan kebutuhan asupan nutrisi bagi ibu hamil
  3. Konsumsi protein pada menu harian untuk balita usia di atas 6 bulan sesuai dengan usianya
  4. Menjaga kebersihan sanitasi dan memenuhi kebutuhan air bersih
  5. Rutin membawa balita ke posyandu minimal satu bulan sekali
Antropometri sebagai Metode Deteksi Dini Stunting
Selain itu terdapat cara lain deteksi dini stunting yang dapat dilakukan, yaitu dengan metode antropometri untuk menentukan status gizi anak5. Berdasarkan Permenkes RI No. 2 Tahun 2020, antropometri didefinisikan sebagai metode yang digunakan untuk mengukur ukuran, proporsi, dan komposisi tubuh6. Standar antropometri anak di Indonesia yang resmi digunakan mengacu pada WHO Child Growth Standards7 dan The WHO Reference 2007. Terdapat empat indeks yang menjadi standar antropometri anak berdasarkan parameter6, yaitu:
1.    Berat badan menurut umur (BB/U)
Indeks BB/U digunakan untuk menilai anak dengan BB kurang atau sangat kurang karena anak yang memiliki BB/U rendah memiliki kemungkinan masalah pertumbuhan
2.   Panjang atau tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U)
Indeks PB/U atau TB/U digunakan untuk mengidentifikasi anak yang pendek atau sangat pendek karena kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama atau karena sering sakit
3.    Berat badan menurut panjang atau tinggi badan (BB/PB atau BB/TB)
Indeks BB/PB atau BB/TB digunakan untuk mengidentifikasi anak gizi kurang, gizi buruk, dan anak yang memiliki risiko gizi lebih
4.    Indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U)
Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih, dan obesitas

Terdapat parameter lain yang dapat digunakan sebagai indikator status gizi, yaitu pengukuran lingkar lengan atas, lingkar kepala, dan lingkar dada. Lingkar lengan atas dapat membantu menentukan status gizi karena dapat memberikan informasi terkait cadangan lemak tubuh anak yang dipengaruhi asupan nutrisi. Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak akan meningkat secara cepat pada tahun pertama, tetapi besar lingkaran kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi anak. Sedangkan, pengukuran lingkar dada biasanya dilakukan pada anak yang berusia 6 bulan sampai 5 tahun8

Hasil pengukuran yang dilakukan kemudian dapat dibandingkan dengan tabel standar antropometri dan grafik pertumbuhan anak yang disediakan oleh WHO dan Permenkes. Jika tren pertumbuhan anak tidak mengikuti garis pertumbuhan, maka anak harus segera mendapatkan penanganan dan perbaikan status gizi. Metode antropometri termasuk metoda yang murah dan mudah dilakukan sehingga harapannya prevalensi stunting menurun dalam waktu yang dekat sehingga dapat mencapai target yang direncanakan oleh pemerintah.

Artikel di-review oleh Apt. Raspati Dewi Mulyaningsih, M.Farm.

Referensi

  1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan. 2023a. Status Gizi Balita: Stunting di Indonesia dan Determinannya. Available online at https://www.badankebijakan.kemkes.go.id/fact-sheet-survei-kesehatan-indonesia-ski-2023/. [Accessed 10 Januari 2025].
  2. Ayukarnisih, Y. 2024. Stunting: Early Detection with Anthropometric Measurements and Management. Journal of Health and Dental Sciences. Vol. 4(1): 91-104
  3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2024. Laporan Tematik Survei Kesehatan Indonesia Tahun 2023. Jakarta: Kemenkes RI.
  4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan. 2023b. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 dalam Angka. Jakarta: Kemenkes RI.
  5. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2022. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/51/2022 tentang Standar Alat Antropometri dan Alat Deteksi Dini Perkembangan Anak. Jakarta: Menkes RI.
  6. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak. Jakarta: Menkes RI.
  7. World Health Organization. 2025. Child Growth Standards. Available online at https://www.who.int/tools/child-growth-standards/standards. [Accessed 10 Januari 2025].
  8. Mikawati, Lusiana, E., Suriyani, Muaningsih, dan Pratiwi, R. 2023. Deteksi Dini Stunting melalui Pengukuran Antropometri pada Anak Usia Balita. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol. 4(1): 277-284.


Komentar

Belum ada komentar