Antara Impian dan Kenyataan: Mengurai Mitos dan Fakta tentang Hormon Pertumbuhan
Tinggi badan yang ideal merupakan impian bagi banyak orang. Tak heran sebagian orang melakukan berbagai upaya untuk mencapai tinggi badan ideal. Pertambahan tinggi tubuh dikendalikan oleh hormon pertumbuhan. Belakangan ini berkembang hormon pertumbuhan sintetis dalam bentuk injeksi. Klaim yang diberikan beragam, seperti meningkatkan tinggi badan, mencegah penuaan hingga berfungsi sebagai doping untuk meningkatkan massa otot dan menambah energi (Harvard Health Publishing, 2021). Tergiur? Tunggu dulu, apakah seluruh klaim tersebut benar? Apakah pemberian injeksi hormon pertumbuhan aman bagi tubuh?
Hormon pertumbuhan manusia atau somatotropin merupakan hormon yang berperan dalam mengatur pertumbuhan tubuh selama masa pertumbuhan (Baltaci et al., 2019). Hormon ini diproduksi oleh otak pada pituitari anterior. Jumlah hormon pertumbuhan yang diproduksi oleh tubuh dapat dipengaruhi oleh stress, olah raga, nutrisi, serta kualitas tidur. Pada anak, hormon pertumbuhan akan terus meningkat dan mencapai kadar tertinggi pada masa pubertas, kemudian akan menurun pada usia dewasa (Brinkman et al., 2023).
Injeksi hormon pertumbuhan hanya diindikasikan bagi pasien dengan defisiensi hormon. Defisiensi hormon pertumbuhan merupakan keadaan ketika kadar hormon berada dibawah kadar yang diperlukan oleh tubuh untuk mendukung pertumbuhan normal. Pada pasien anak, injeksi hormon pertumbuhan diindikasikan untuk sindrom Turner, Sindrom Prader-Willi, penyakit ginjal kronis, defisiensi hormon pertumbuhan, dan bayi dengan berat lahir rendah. Sementara pada pasien dewasa hormon ini diindikasikan untuk pasien dengan kemampuan penyerapan nutrisi oleh usus rendah, defisiensi hormon pertumbuhan, dan pengecilan otot yang berkaitan dengan HIV/AIDS. Injeksi hormon pertumbuhan hanya bisa didapatkan dengan resep dokter (Dunkin, 2010).
Pemberian hormon pertumbuhan terbukti dapat meningkatkan tinggi badan pada anak usia pertumbuhan dengan defisiensi hormon pertumbuhan (Lee et al., 2022). Meski demikian, pada orang dewasa yang telah melampaui masa pertumbuhan, hormon pertumbuhan tidak dapat memberi efek peningkatan tinggi badan. Hal ini disebabkan karena lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan telah menutup pada orang dewasa sehingga pertumbuhan tinggi terhenti (Cleveland Clinic, 2022). Lempeng epifisis merupakan lapisan kartilago pada ujung tulang yang berperan terhadap pertumbuhan tulang (Manaster et al., 2013).
Injeksi hormon pertumbuhan banyak disalahgunakan sebagai doping untuk meningkatkan kemampuan fisik dan memperbaiki postur (Saugy et al., 2006). Klaim tersebut tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Meskipun beberapa penelitian menunjukan hormon pertumbuhan dapat meningkatkan massa tubuh pengguna, namun tidak serta merta meningkatkan kekuatan otot. Sebaliknya, penggunaan hormon pertumbuhan dapat mengurangi kapasitas olahraga. Efek samping yang dapat dialami dari penggunaan injeksi hormon pertumbuhan seperti pembengkakan pada jaringan halus dan kelelahan (Liu et al, 2008).
Selain efek doping, hormon pertumbuhan juga dipercaya dapat menghambat proses penuaan. Produksi hormon pertumbuhan akan menurun seiring pertambahan usia sehingga pemberian injeksi hormon pertumbuhan diharapkan dapat menghambat proses penuaan. Akan tetapi, hingga saat ini belum terdapat penelitian yang menunjukkan efek signifikan dari penggunaan hormon pertumbuhan untuk mencegah penuaan sebaliknya, pemberian injeksi hormon pertumbuhan dapat menimbulkan dampak negatif kesehatan (Garcia et al., 2019).
Sayangnya, harapan untuk memiliki bentuk tubuh ideal dan awet muda secara instan dengan injeksi hormon pertumbuhan harus sirna. Hormon pertumbuhan tidak menunjukkan cukup bukti efektivitas dan keamanan untuk digunakan di luar dari indikasi yang ditunjukkan (Cleveland Clinic, 2022). Olahraga teratur, memperhatikan asupan nutrisi, serta menjaga pola tidur teratur masih menjadi langkah terbaik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan tinggi badan, memperbaiki proporsi tubuh dan menjaga kesehatan tubuh (Barrett et al., 2010).
Artikel direview oleh Apt. Raspati Dewi Mulyaningsih, S.Farm.
Referensi
- Baltaci AK, Mogulkoc R, Baltaci SB. (2019). Review: The role of zinc in the endocrine system. Pak J Pharm Sci. Vol. 32 (1):231-239
- Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. (2010). Ganong's Review of Medical Physiology. 23rd ed. New York, NY: McGraw-Hill Medical.
- Brinkman JE, Tariq MA, Leavitt L, et al. (2023). Physiology, Growth Hormone. Tersedia daring pada: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482141/ [Diakses 7 Juli 2024].
- Cleveland Clinic (2022). HGH (Human Growth Hormone): What It Is, Benefits & Side Effects. Tersedia daring pada: https://my.clevelandclinic.org/health/articles/23309-human-growth-hormone-hgh. [Diakses 30 Juni 2024].
- Dunkin, M.A. (2010). Human Growth Hormone (HGH). Tersedia daring pada: https://www.webmd.com/fitness-exercise/human-growth-hormone-hgh.
- Garcia JM, Merriam GR, dan Kargi AY. (2019). Growth Hormone in Aging. Tersedia daring pada: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279163/ [Diakses 7 Juli 2024].
- Harvard Health Publishing (2021). Growth hormone, athletic performance, and aging - Harvard Health. Tersedia daring pada: https://www.health.harvard.edu/diseases-and-conditions/growth-hormone-athletic-performance-and-aging. [Diakses 7 Juli 2024].
- Lee H. S. (2022). The effects of growth hormone treatment on height in short children. Annals of pediatric endocrinology & metabolism. Vol. 27(1), 1–2. https://doi.org/10.6065/apem.2221055edi01
- Liu, H., Bravata, D. M., Olkin, I., Friedlander, A., Liu, V., Roberts, B., Bendavid, E., Saynina, O., Salpeter, S. R., Garber, A. M., & Hoffman, A. R. (2008). Systematic review: the effects of growth hormone on athletic performance. Annals of internal medicine, 148(10), 747–758. https://doi.org/10.7326/0003-4819-148-10-200805200-00215
- Manaster, B.J., May, D.A. and Disler, D.G. (2013). Chapter 1 - Introduction to Imaging of Musculoskeletal Injury: Bones. Tersedia daring pada: https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/B9780323081771000010 [Diakses 30 Juni 2024].
- Saugy, M., Robinson, N., Saudan, C., Baume, N., Avois, L., & Mangin, P. (2006). Human growth hormone doping in sport. British journal of sports medicine. Vol. 40 (Suppl 1). https://doi.org/10.1136/bjsm.2006.027573
ARTIKEL TERKAIT
ARTIKEL POPULER
-
Manfaat Minyak Jarak (Castor Oil) untuk Kulit, Rambut, dan Lainnya
20 Feb 2024 16:28
-
Cara Menurunkan Berat Badan Berbasis Ilmiah
21 Mar 2023 18:25
-
Apa itu Peptida? Apa Saja Manfaat Peptida untuk Tubuh?
20 Feb 2024 16:28
-
Mengenal Antibodi Monoklonal sebagai Targeted Therapy
5 Sep 2023 11:55
Komentar
Belum ada komentar