Mitos dan Fakta Tentang Vitiligo: Menghilangkan Stigma dengan Meningkatkan Pemahaman
Vitiligo merupakan penyakit autoimun kronik yang menyebabkan bercak putih pada kulit. Penyakit ini disebabkan akibat imun tubuh penderita menyerang sel melanosit yang berperan memberi warna pada kulit. Bercak putih umumnya muncul pada tangan, lutut, dan wajah. Vitiligo juga menyebabkan perubahan warna pada rambut, bulu mata, alis, dan janggut (NIAMS, 2017). Gejala vitiligo umumnya muncul pada usia 10–30 tahun namun pada sebagian besar penderita vitiligo gejala muncul sejak kanak-kanak (Birlea, et al, 2012). Beberapa faktor seperti paparan matahari, stress emosional, dan paparan bahan kimia dapat memperburuk gejala (NIAMS, 2017).
Diperkirakan, sebanyak 0.5–2% dari total populasi dunia menderita vitiligo (Joge et al., 2022). Risiko terjangkit vitiligo meningkat pada orang dengan riwayat anggota keluarga pengidap vitiligo, penderita autoimun, dan penderita kanker kulit berat atau melanoma (AAD, 2019). Pemahaman yang salah mengenai vitiligo seringkali menyebabkan stigma yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Artikel ini membahas mengenai mitos yang berkembang mengenai vitiligo.
1. Vitiligo Tidak Menular
Vitiligo tidak dapat menular dari satu orang ke orang lain. Vitiligo tidak disebabkan oleh organisme infeksius seperti bakteri, virus, atau jamur, melainkan disebabkan oleh kelainan genetik pada individu. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, vitiligo merupakan penyakit autoimun dimana sel imun tubuh yang berperan dalam melindungi tubuh dari benda asing malah menyerang sel normal yang berperan memberi warna pada kulit. (NIAMS, 2017).
2. Vitiligo Tidak Berkaitan dengan Lepra
Meskipun kedua penyakit ini menyebabkan sebagian kulit berubah warna, namun vitiligo tidak berhubungan dengan lepra. Lepra atau kusta disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Pada penderita lepra, perubahan warna kulit disertai dengan mati rasa, otot melemah, dan lesi atau luka pada kulit. Gejala-gejala tersebut tidak dialami pada penderita vitiligo (CDC, 2024).
3. Vitiligo Tidak Menyebabkan Gatal atau Nyeri pada Kulit
Berbeda dengan penyakit kulit kebanyakan, penderita vitiligo umumnya tidak merasakan gatal atau nyeri pada kulit. Nyeri pada kulit dapat timbul jika penderita terpapar sinar matahari. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan sunscreen dan mengenakan pakaian yang dapat melindungi kulit (Cleveland Clinic, 2022). Umumnya vitiligo tidak menghalangi kemampuan penderita untuk beraktivitas (Brown, 2022). Meski demikian, stigma yang berkembang di masyarakat dapat mempengaruhi kesehatan mental penderita. Dukungan emosional bagi penderita dan edukasi bagi masyarakat merupakan hal penting dalam penatalaksanaan vitiligo (Salama et al., 2023).
Jika anda mengalami gejala yang berkaitan dengan vitiligo, jangan panik dan segera periksakan ke dokter. Meskipun tidak dapat disembuhkan, pengobatan yang tepat dapat mencegah kehilangan pigmen pada kulit meluas (Yonathan, 2023). Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk merawat kulit dengan vitiligo seperti melindungi kulit dari paparan sinar matahari dengan tabir surya, menghindari luka pada kulit, dan menjaga imun tubuh (AAD, 2019).
Artikel direview oleh apt. Raspati Dewi Mulyaningsih, S.Farm.
Referensi
- American Academy of Dermatology. (2018). Vitiligo: Causes. Tersedia daring pada: https://www.aad.org/public/diseases/a-z/vitiligo-causes [Diakses pada 23 Jul. 2024].
- Birlea, S. A., Spritz, R. A., & Norris, D. A. (2012). Vitiligo. In L. Goldsmith, S. Katz, B. Gilchrest, A. Paller, & D. Leffell, Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8th edition (pp. 792-803). New York: Mc Graw Hill.
- Brown, Emily (2022). Is Vitiligo Painful?. Tersedia daring pada:: https://www.verywellhealth.com/is-vitiligo-painful-5212278 [Diakses pada 22 Jul. 2024].
- CDC (2024). Signs and Symptoms of Hansen’s Disease. Hansen’s Disease (Leprosy). Tersedia daring pada: https://www.cdc.gov/leprosy/signs-symptoms/index.html [Diakses pada 22 Jul. 2024].
- Cleveland Clinic. (2022). Vitiligo: Types, Symptoms, Causes, Treatment & Recovery. Tersedia daring pada: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/12419-vitiligo [Diakses pada 22 Jul. 2024].
- Joge, R.R., Kathane, P.U. and Joshi, S.H. (2022). Vitiligo: A Narrative Review Article. Curēus. doi:https://doi.org/10.7759/cureus.29307.
- NIAMS (2017). Vitiligo. National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases. Tersedia daring pada: https://www.niams.nih.gov/health-topics/vitiligo#:~:text=Vitiligo%20is%20a%20chronic%20(long,turn%20a%20milky%2Dwhite%20color. [Diakses pada 22 Jul. 2024].
- Salama, A.H., Lujain Alnemr, Khan, A.R., Hussein Alfakeer, Aleem, Z. and Ali-Alkhateeb, M. (2023). Unveiling the Unseen Struggles: A Comprehensive Review of Vitiligo’s Psychological, Social, and Quality of Life Impacts. Curēus. doi:https://doi.org/10.7759/cureus.45030.
ARTIKEL TERKAIT
ARTIKEL POPULER
-
Manfaat Minyak Jarak (Castor Oil) untuk Kulit, Rambut, dan Lainnya
20 Feb 2024 16:28
-
Cara Menurunkan Berat Badan Berbasis Ilmiah
21 Mar 2023 18:25
-
Apa itu Peptida? Apa Saja Manfaat Peptida untuk Tubuh?
20 Feb 2024 16:28
-
Mengenal Antibodi Monoklonal sebagai Targeted Therapy
5 Sep 2023 11:55
Komentar
2 bulan yang lalu