Obat

Mengenal Antibodi Monoklonal sebagai Targeted Therapy

Ditulis oleh Apt. Tiara Annisa Sekarjati
29 Apr 2024
Thumbnail Mengenal Antibodi Monoklonal sebagai Targeted Therapy
Sumber: Sumber ilustrasi: https://www.shutterstock.com/id/search/monoclonal-antibody

Pada tanggal 28 Desember 2022, BPOM menerbitkan izin edar produk antibodi monoklonal pertama di Indonesia yang diproduksi oleh industri farmasi dalam negeri. Produk tersebut bernama Rituxikal buatan PT Kalbio Global Medika, produk biosimilar dengan kandungan zat aktif Rituximab yang digunakan untuk indikasi keganasan (kanker) pada Limfoma Non-Hodgkin (NHL) dan Leukemia Limfositik Kronik. Rituximab merupakan produk antibodi monoklonal yang mengikat antigen transmembran CD20 pada limfosit sel B yang dihasilkan oleh sel kanker secara spesifik, sehingga menimbulkan reaksi imunologi yang memicu sel kanker lisis (pecah) (BPOM RI, 2023).

Penggunaan antibodi monoklonal merupakan pandangan baru dalam pencegahan penyakit menular. Antibodi monoklonal digunakan untuk mengikat satu zat tertentu dalam tubuh. Pengikatan ini sangat serbaguna dan dapat meniru, memblokir, atau menyebabkan perubahan untuk memberlakukan mekanisme yang tepat dan memberikan intervensi terapeutik yang efektif dengan pengobatan yang sangat spesifik untuk penyakit (Lu, dkk., 2020).

Antibodi merupakan campuran protein di dalam darah dan disekresi oleh mukosa agar menghasilkan sistem imun yang bertujuan untuk melawan antigen asing yang masuk ke dalam sirkulasi darah (Alberts, dkk., 2002). Setiap antibodi yang berbeda akan mengenali dan mengikat hanya satu antigen yang spesifik. Pengikatan antigen akan memicu multiplikasi sel B dan pelepasan antibodi. Ikatan antigen antibodi mengaktivasi sistem respons imun yang akan menetralkan dan mengeliminasinya. Antibodi memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran walaupun struktur dasarnya berbentuk `Y`. Antibodi mempunyai 2 fragmen, yaitu fragmen antigen binding (Fab) digunakan untuk mengenal dan mengikat antigen spesifik; dan fragment crystallizable (Fc) berfungsi sebagai efektor yang dapat berinteraksi dengan sel imun atau protein serum (Adrenalin, dkk., 2021).

Antibodi monoklonal merupakan antibodi buatan yang identik karena diproduksi oleh salah satu jenis sel imun saja. Antibodi monoklonal murni dapat diproduksi dalam jumlah besar dan bebas kontaminasi. Manusia dan tikus mempunyai kemampuan untuk membentuk antibodi yang dapat mengenali antigen. Antibodi monoklonal tidak hanya mempertahankan tubuh untuk melawan organisme penyakit tetapi juga dapat menarik molekul target lainnya di dalam tubuh, seperti reseptor protein yang ada pada permukaan sel normal atau molekul yang khas terdapat pada permukaan sel kanker. Spesifisitas antibodi yang luar biasa menjadikan zat ini dapat digunakan sebagai terapi. Antibodi mengikat sel kanker dan berpasangan dengan zat sitotoksik sehingga membentuk suatu kompleks yang dapat mencari dan menghancurkan sel kanker (Jahanshahlu dan Rezaei, 2020).

Antibodi monoklonal mempunyai 4 jenis yaitu:

  1. Murine, murni didapat dari tikus dapat menyebabkan human anti mouse antibodies (HAMA) nama akhirannya ″momab″ (contoh: ibritumomab).
  2. Chimeric, gabungan Fc antibodi manusia dan Fab antibodi monoklonal tikus nama akhirannya ″ximab″ (contoh: rituximab).
  3. Humanized, hanya sebagian kecil Fab antibodi tikus yang digabungkan dengan antibodi manusia (95-98%) nama akhirannya ″zumab″ (contoh: trastuzumab).
  4. Fully human, keseluruhan antibodi human nama akhirannya ″mumab″ (contoh: adalimumab)



       Jenis antibodi monoklonal (Tuscano, dkk., 2005)


Kőhler dan Milstein (1975) menjelaskan bagaimana caranya mengisolasi dan mengembangkan antibodi monoklonal murni spesifik dalam jumlah banyak yang didapat dari campuran antibodi hasil respons imun. Tikus yang telah diimunisasi dengan antigen khusus ke dalam sumsum tulang akan menghasilkan sel limfosit B. Hasil campuran heterogen sel hybridomas memiliki 2 kemampuan yaitu dapat menghasilkan antibodi khusus dan dapat tumbuh di dalam kultur. Hybridoma ini diperbanyak sesuai klon individualnya dan setiap klon hanya menghasilkan satu jenis antibodi monoklonal yang permanen dan stabil. Hybridoma yang berasal dari satu limfosit akan menghasilkan antibodi yang akan mengenali satu jenis antigen. Antibodi inilah yang dikenal sebagai antibodi monoklonal.

Terapi target merupakan obat atau molekul untuk membunuh sel tumor melalui interaksi target yang terdapat pada sel ganas. Terapi target ditujukan secara selektif melawan molekul pada permukaan sel dan jalur signal metabolik sel ganas. Terapi target secara potensial dapat memisahkan sel normal selanjutnya mengurangi toxicity dan memperbaiki kualitas hidup. Jenis terapi target tergantung cara kerja dan target spesifik, bermacam zat yang dapat diklasifikasikan ke dalam subkategori yaitu antibodi monoklonal, inhibitor tyrosine kinase, inhibitor proteosome, inhibitor cyclin dependent kinase (CKD), inhibitor Raf kinase, angiogenic agents, inhibitor matrix metalloproteinase, inhibitor farnesyltransferase, inhibitor deacetylase, inhibitor cox-2, teknologi antisense dan terapi gen (Mishra, B.K., dan Parikh, 2016). Misalnya, terapi target pada Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK) yang digunakan adalah inhibitor EGFR ″Trastuzumab″ (Herceptin), ″Cetuximab″ (Erbitux), inhibitor EGFR tyrosine kinase ″Gefitinib″ (Irresa), inhibitor angiogenesis metalloproteinase, inhibitor VEGF ″Bevacizumab″ (Avastin), dan inhibisi transduksi signal antisense oligonucleotide protein kinase C alpha (Herbst, 2002).

Artikel direview oleh Apt. Raspati Dewi Mulyaningsih, S.Farm

Referensi

  • Alberts, B., Johnson, A., Lewis, J., Raff, M., Robert, K., Walter, P. 2002. Manipulating proteins, DNA, and RNA. In: Anderson MS, Dilernia B, editors. Molecular biology of the cell. 4th ed. New York: Garland Science.
  • Herbst, R. S. 2002. Targeted Therapy in Non Small Cell Lung Cancer. Oncology Williston Park.16(1): 19-24.
  • Jahanshahlu, L. and Rezaei, N., 2020. Monoclonal antibody as a potential anti COVID-19. Biomedicine & Pharmacotherapy, 129, p.110337.
  • Kohler, G., Milstein, C. 1975. Continous cultures of fused cells secreting antibody of predifined specificity. Nature. 256(1): 495-7.
  • Mishra, B.K., dan Parikh, P.M. 2016. Targeted therapy in oncology. MJAFI. 62(1): 169- 73.
  • Nelson, P.N., Reynolds, G.M., Waldron, E.E., Ward, E., Giannopoulos, K., Murray, P.G. 2000. Demystified monoclonal antibodies. J Clin Pathol: Mol Pathol. 53(1): 111-7.
  • Tuscano, J.M., Noonan, K., Mulrooney, T. 2005. Monoclonal antibodies: case studies in novel therapies. In: Frankel C, editor. A continuing education program for oncology nurses. Pittsburgh: OES.
  • Adrenalin, S.L., Qosimah, D., Dameanti, F.N.A.E.P. and Amri, I.A., 2021. Imunologi Veteriner. Universitas Brawijaya Press.
  • BPOM RI. 2023. Diakses pada 28 Mei 2022 https://www.pom.go.id/new/view/more/pers/671/BPOM-Terbitkan-Izin-Edar Produk-Antibodi-Monoklonal-Buatan-Indonesia.html
  • Lu, R.M., Hwang, Y.C., Liu, I.J., Lee, C.C., Tsai, H.Z., Li, H.J. and Wu, H.C., 2020. Development of therapeutic antibodies for the treatment of diseases. Journal of biomedical science. 27(1): 1-30.