Probiotik untuk Anak Saat Diare
Diare pada anak masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data dari UNICEF, diare pada anak menyumbang sekitar 9% dari seluruh kematian balita di seluruh dunia pada 2021 (UNICEF, 2024). Di Indonesia, diare masih menjadi penyebab kematian ke-2 tertinggi pada balita setelah pneumonia dengan menyebarkan 5,8% kematian pada balita menurut data Profil Kesehatan Indonesia 2022 (Kementerian Kesehatan RI, 2023). Beberapa faktor penyebab tingginya kejadian diare pada anak adalah daya tahan tubuh anak yang belum matang, hygiene dan kebersihan diri yang buruk, serta nutrisi pada anak tidak tercukupi (Situmeang, 2024).
Diare merupakan kondisi buang air besar dengan konsistensi encer atau cair dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam satu hari atau peningkatan frekuensi buang air besar dari biasanya. Jika tidak tertangani, diare yang berlangsung dalam jangka panjang dapat menyebabkan dehidrasi, kekurangan nutrisi, hingga kematian. Umumnya, diare disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau parasit pada saluran cerna. Infeksi dapat menular melalui air atau makanan terkontaminasi atau dari orang ke orang akibat kebiasaan higiene yang buruk (WHO, 2024; Yusuf, 2011).
Salah satu cara mengatasi dan mencegah diare adalah dengan konsumsi probiotik. Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang jika dikonsumsi dalam jumlah cukup dapat memberikan manfaat baik bagi tubuh (Hill et al, 2014). Secara alami, mikroorganisme telah terdapat pada saluran pencernaan manusia. Mikroorganisme ini berperan dalam mencerna makanan, melawan bakteri penyebab penyakit, maupun menghasilkan vitamin. Dalam keadaan tertentu seperti diare, mikroorganisme dalam tubuh tidak cukup untuk melawan infeksi bakteri penyebab penyakit. Probiotik mengandung mikroorganisme yang mirip atau telah secara alami terdapat pada tubuh (NCCIH, 2016).
Pemberian probiotik dapat menurunkan keparahan dan mempercepat penyembuhan diare pada anak. Pemberian probiotik dapat mempersingkat durasi diare akut pada anak dibandingkan tanpa pemberian probiotik (Yonata dan Farid, 2016). Probiotik bekerja dengan menghambat pertumbuhan bakteri penyebab penyakit dengan memperbaiki waktu cerna makanan pada usus, memproduksi metabolit aktif, dan menurunkan pH pada usus besar. Selain itu, probiotik juga dapat meningkatkan imun tubuh pada pasien. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah bakteri penyebab penyakit pada usus menurun sementara bakteri baik meningkat (NIH, 2018; Yonata dan Farid, 2016).
Probiotik dapat ditemukan pada makanan fermentasi seperti yoghurt, keju dan suplemen. Bakteri dalam probiotik yang telah terbukti efektif dalam meredakan diare diantaranya adalah L.reuteri, L.acidophilus, L.rhamnosus GG (LGG) dan B.lactis (Ciorba, 2012). Untuk mendukung kerja probiotik, prebiotik dapat dikonsumsi untuk meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas bakteri baik di usus besar. Prebiotik berupa karbohidrat kompleks yang berperan sebagai sumber energi mikroba probiotik pada usus besar (Gibson et al., 2017). Sumber prebiotik diantaranya adalah pisang, bawang-bawangan, tomat, rumput laut, asparagus, kacang kedelai, gandum, dan madu (Varzakas et al., 2018). Penggunaan probiotik dan prebiotik bersamaan dapat meningkatkan kesehatan pencernaan.
Artikel direview oleh Apt. Raspati Dewi Mulyaningsih, M.Farm.
Referensi
- Ciorba, M.A. (2012). A Gastroenterologist’s Guide to Probiotics. Clinical Gastroenterology and Hepatology, Vol.10(9), pp.960–968. doi:https://doi.org/10.1016/j.cgh.2012.03.024.
- Gibson GR, Hutkins R, Sanders ME, Prescott SL, Reimer RA, Salminen SJ, et al. (2017). Expert consensus document: The International Scientific Association for Probiotics and Prebiotics (ISAPP) consensus statement on the definition and scope of prebiotics. Nat Rev Gastroenterol Hepatol. Vol. 14:491-502
- Hill C, Guarner F, Reid G, Gibson GR, Merenstein DJ, Pot B, et al. (2014). The International Scientific Association for Probiotics and Prebiotics consensus statement on the scope and appropriate use of the term probiotic. Nat Rev Gastroenterol Hepatol. Vol. 11:506-14.
- NCCIH. (2016). Probiotics: Usefulness and Safety. Tersedia daring pada: https://www.nccih.nih.gov/health/probiotics-usefulness-and-safety [Diakses pada 16 Dec. 2024].
- NIH. (2018). Office of Dietary Supplements - Probiotics. Tersedia daring pada: https://ods.od.nih.gov/factsheets/Probiotics-HealthProfessional/#en1 [Diakses pada 16 Dec. 2024].
- Kementerian Kesehatan RI. 2023. Profil Kesehatan Indonesia 2022. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
- Situmeang, Ivonne R. V. O.( 2024). Diare Pada Anak. Ikraith-Humaniora.Vol. 8 No. 2
- UNICEF. (2024). Diarrhoea. Tersedia daring pada: https://data.unicef.org/topic/child-health/diarrhoeal-disease/ [Diakses pada 29 Nov. 2024].
- Varzakas T., Kandylis P., Dimitrellou D., Salamoura C., Zakynthinos G., Proestos C. 2018. Preparation and Processing of Religious and Cultural Foods. London: Elsevier.
- WHO. (2024). Diarrhoeal disease. Tersedia daring pada: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diarrhoeal-disease [Diakses pada 29 Nov. 2024].
- Yonata, Ade dan Agus Fathul Muin, Farid. 2016. Penggunaan Probiotik sebagai Terapi Diare. Majority. Vol. 5 No. 2 (1).
- Yusuf, S. 2011. Profil Diare di Ruang Rawat Inap Anak. Jakarta : Sari Pediatri, 13(4) : 265-270
ARTIKEL TERKAIT
ARTIKEL POPULER
-
Manfaat Minyak Jarak (Castor Oil) untuk Kulit, Rambut, dan Lainnya
20 Feb 2024 16:28
-
Cara Menurunkan Berat Badan Berbasis Ilmiah
21 Mar 2023 18:25
-
Apa itu Peptida? Apa Saja Manfaat Peptida untuk Tubuh?
20 Feb 2024 16:28
-
Mengenal Antibodi Monoklonal sebagai Targeted Therapy
5 Sep 2023 11:55
Komentar
Belum ada komentar